Tampilkan postingan dengan label agama. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label agama. Tampilkan semua postingan

Minggu, Oktober 12, 2008

Kehangatan [kota] MedaN



Ternyata Medan memang memuat banyak kenangan yang sulit dilupakan. Begitu melewati jalan GatSu, maka semua kenangan mulai bermunculan.

Ketika akhirnya sampai ke kantor Waskita Cabang Medan, maka wajah pak Omri yang lama hilang dari peredaran, muncul kembali. Lumayan dapet teh anget dari pak Omri. Sedap banget rasanya.

Ngobrol dengan pak Bangun, pak Sanusi, Endank, Topik, wah .... semua membuat film nostalgia terpampang jelas di depan mataku.

Akhirnya jam "njagong" temanten sampai juga, dan akupun meluncur ke tempat Aga melangsungkan salah satu hari sucinya. Haji muda ini melaksanakan resepsi pernikahannya di Balai Raya Aceh Sepakat, hari ini Minggu tanggal 12 Oktober 2008.

Pasangan yang sepadan, baik pusturnya maupun kecantikannya. Semoga menjadi keluarga sakinah yang mawadah wa rokhmah. Amin.

Tentu disini ketemu lagi dengan Mr. MUST [pak Umar], pak Tom [Sutomo Kasiman], mas Soni, pak Atok, dan tentu saja tante Reni dan Om Edi Ketaren. Ada mbak Hera juga, tapi kayaknya sibuk banget ama teman-temannya, jadi gak sempat salaman.

Ngobrol ngalor ngidulnya ya sama pak Atok dan pasangan ideal kita, Bobi sama Novi. Indahnya pertemuan hari ini. Apalagi ngeliat adik-adik kecilnya Andre Ketaren. Wah lucu banget, sayangnya nggak bisa diapa-apain, maklum baru pertama kali bertemu dan dia belum kenal sama aku, jadi ya dilihat saja.

Saat sendiri, maka satu wajah yan tak pernah bisa lepas dari ingatanpun muncul. Dialah eyang Aik yang sangat baiiiiiiiik hati. 

Untung aku masih punya fotonya waktu ngendong Lu2K TreZna. Sungguh eyang adalah pribadi yang sulit dicari.





Eh, turut senang juga ngeliat Bu Tom yang sudah terlihat sangat sehat. Sungguh berat cobaan sakit yang diterima, tetapi akhirnya ada juga saat untuk menikmati kesehatan dari Allah swt. Semoga sehat terus. Amin.

Jam 22.58 pas sampai di depan kompie dan mulai nulis blog ini.

Pelajaran hari ini :

1. Tali silaturahmi yang kuat akan membuat hati berbunga-bunga dan dunia terasa sangat indah [bener gak nih]
2. Nostalgia itu biarpun pahit saat dilakukan dulu, tapi seiring waktu yang berlalu jadi terasa manis.
3. Buntut dari bernostalgia adalah "gosip" ke orang-orang yang kurang disukai [wah .... ini godaan terbesar, bisa ilang pahala kita nanti]
4. Bersyukur, ternyata banyak teman yang sangat baik dalam hidup dan kehidupanku. Segala puji hanya bagi Allah swt.
5. Memberi masukan tidak sama dengan mengolok-olok. itu yang kulakukan untuk Hotel Tiara yang tidak menyediakan fasilitas internet [hari gini mau ngeblog di hotel kok susah................]

Minggu, Oktober 07, 2007

Ucapan Lebaran


Assalamua'alaikum Warahmatullah Wabaraktuh

Pak, saya mau tanya. Artinya Taqabballahu Minna Waminkum, Taqabbal Yaa Kariim itu apa ya? seharusnya yang kita ucapkan sewaktu hari Raya Idul Fitri itu apa? Apakah doa di atas atau Minal Aidzin Wal Faidzin? Sekian pertanyaan saya, terima kasih banyak.

Waassalamua'alaikum Warahmatullah Wabarakatuh.
Lisa


Jawaban:

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wa barakatuhAl-hamdulillah, wash-shalatu wassalamu 'ala rasulillah, wa ba'du

Diantara sekian banyak ungkapan atau ucapan selamat (arab: tahni'ah) dalam suasana hari 'Ied Al-Fithr, nyaris semuanya tidak ada riwayatnya yang berasal dari Rasulullah SAW. Kecuali lafadz taqabbalallahu minaa wa minka, yang maknanya, "Semoga Allah SWT menerima amal kami dan amal Anda."

Namun riwayat yang menyebutkan hal ini oleh banyak ulama tidak lepas dari kritik. Salah satunya adalah Al-Baihaqi yang mendhaifkannya. Beliau membuat satu bab khusus dalam kitabnya, As-Sunan Al-Kubra, dinamai bab itu dengan "Bab apa-apa yang diriwayatkan tentang ucapan sesama orang-orang pada hari 'Ied: taqabbalallahu minaa wa minka." Di dalam bab tersebut, Al-Baihaqi menyebutkan banyak hadits yang berisikan lafadz tersebut, namun beliau mendhaifkan hadits-hadits itu.

Sebagai gantinya beliau menuliskan sebuah riwayat yang bukan hadits dari Rasulullah SAW, melainkan hanya riwayat yang menjelaskan bahwa Khalifah Umar bin Abdul Aziz mendiamkan ungkapan tersebut.

Bahwa Adham maula Umar bin Abdil Aziz berkata,"Dahulu kami mengucapkan kepada Umar bin Abdil Aziz pada hari 'Ied, "taqabbalallahu minaa wa minka, ya amiral mukminin", maka beliau pun menjawabnya dan tidak mengingkarinya. (Lihat As-Sunan Al-Kubra, oleh Al-Baihaqi jilid 3 halaman 319).

Tapi sebagaimana kita ketahui bersama, meski sebuah hadits itu dianggap dha'if, tapi selama tidak sampai tingkat kedhaifan yang parah, masih bisa dijadikan landasan amal dalam hal-hal yang bersifat keutamaan. Maksudnya, meski dha'if tetapi tidak palsu, jadi hanya lemah periwayatannya tetapi tetap hadits juga. Dan jumhur ulama pada umumnya bisa menerima hadits dha'if asal tidak terlalu parah, paling tidak untuk sekedar menjadi penyemangat dalam keutamaan amal-amal (fadhailul a'mal).

Apalagi bila kita merujuk kepada landasan syar'i tentang pengucapan selamat kepada seseorang, yang dalam bahasa arab disebut dengan istilah tahni'ah. Sebenarnya syariat Islam punya landasan syar'i secara umum. Yaitu yang bersumber dari peristiwa diterimanya taubat seorang shahabat nabi SAW, yaitu Ka'ab bin Malik. Saat Allah mengumumkan bahwa taubatnya diterima, berduyun-duyun para shahabat yang lain bahkan termasuk Rasulullah SAW ikut memberikan ucapan selamat.

Sekedar menyegarkan ingatan, shahabat Ka'ab bin Malik adalah salah satu di antara mereka yang membolos tidak ikut perang Tabuk. Lalu sebagai hukumannya, beliau diboikot untuk tidak boleh diajak berbicara bahkan diasingkan selama beberapa lama. Setelah selesai masa hukumannya, Allah SWT kemudian menerima taubatnya. Saat itu kemudian Rasulullah SAW pun ikut memberikan ucapan selamat.

Ketika Aku mengucapkan salam kepada Rasulullah SAW, beliau sambil menurunkan wajahnya karena bahagia bersabda,"Berbahagialah dengan hari terbaik yang melawatimu semenjak kamu dilahirkan ibumu." (HR Bukhari)

Maka ucapan selamat itu datang dari mulut nabi SAW sebagai ungkapan ikut berbahagia yang sedang dirasakan oleh Ka'ab saat itu. Dan sebenarnya, siapapun sah-sah saja mengungkan rasa turut berbahagia dengan beragam ungkapan, tanpa harus diatur-atur secara baku.

Sebagaimana setiap orang dibolehkan mendoakan temannya dengan lafadz yang disukainya.

Wallahu a'lam bish-shawab, Wassalamu 'alaikum warahmatullahi wa barakatuh

http://kaskus.us/showthread.php?t=352698&page=176