Kamis, Agustus 09, 2012

Diskusi Wirausaha dengan Lilo

Menjelang tidur malam, Lilo mendekatiku dan dengan wajah serius mulai mengajakku bicara.

"Pak, bisa bantu?", katanya

"Bantu apa?", jawabku

"Aku ada PR yang harus selesai malam ini, besok harus dikumpul"

Waduh, kalau ada todongan seperti ini aku pasti langsung resah dan gelisah. Mau dimarahi nanti malah tambah stress, kalau tidak dimarahi ya bisa jadi akan terulang terus. Akhirnya setelah berpikir sejenak, aku mulai duduk kembali dan tidak jadi tidur, tapi berubah menjadi tiduran.

"Kenapa baru sekarang dibahas?", tetap saja nada protes yang keluar dari mulutku, padahal sudah ditahan agar tetap tersenyum.

"Aku sudah lama membahas dengan ibu pak, tapi ya hari ini baru bisa dibahas", Lilo tidak kalah gertak menjawab protesku dengan protesnya dia.

"Ya oke, jadi PR tentang apa?"

"Aku harus wawancara dengan beberapa pengusaha atau wiraswastawan dan mencatat hasil wawancara itu dalam sebuah laporan"

"Lho sudah malam begini siapa yang mau kita ajak wawancara?", aku makin geleng-geleng kepala saja mendengar apa yang harus dilakukan Lilo.

"Ya kita wawancarai saja para angggota TDA Jogja, kan tidak harus bertemu muka, yang penting isinya betul"

Wah bener juga Lilo ini, tapi males juga malem-malem nelpon kawan untuk diajak wawancara. Akhirnya terjadi diskusi panjang sebelum ditemukan solusi yang disepakati bersama.

Yang dipilih sebagai nara sumber pertama adalah ibunya yang ditulis Lilo sebagai pemilik warung Mie Sehati.Wirausahawan yang kedua adalah ibunya lagi dengan judul penjual lotek.

Giliran yang ketiga Lilo mulai bingung, siapa lagi, tapi otaknya bekerja cepat dan menunjuk ibunya lagi untuk menjadi penjual Es Buah.

Nah yang ke empat akhirnya dia putus asa dan menatap wajahku. Akupun langsung siap menjawab pertanyaannya, karena dari tadi aku memang menawarkan diri untuk diwawancarai sebagai penjual Kacang Mete.

"Berapa modal bapak jualan kacang mete?"

"Dua puluh lima juta saja"

"Sudah berapa lama jualan kacang mete?"

"Setiap tahun di bulan puasa"

"Berapa harga jual kacang mete?"

"Seratus empat puluh lima ribu per kilo gram"

"Keuntungnya?"

"xxxxx..... rupiah"

Dengan sigap Lilo mencatat semua jawabanku dan akhirnya dengan mata berbinar-binar Lilo menutup catatan hasil diskusinya. Diapun tidur dengan nyenyak karena laporannya sudah selesai dikerjakannya.

Kupandangi wajah Lilo ketika tidur dan aku mengucap terima kasih pada Tuhan yang telah mengkaruniaku seorang anak ganteng yang lucu dan penuh semangat seperti Lilo. Hidupnya selalu penuh dengan kegembiraan, seolah-olah hidup hanya untuk bersenang-senang saja.

Terima kasih juga buat para guru di sekolah Lilo yang sudah mengajarkan alur berjualan, meskipun akan lebih baik kalau Lilo berdiskusi dengan penjual yang bukan orang tuanya. Jadi ingat ketika Lilo berjualan di Cikarang beberapa tahun lalu. Dia masih sangat kecil dan sudah berjualan dengan sukses. barangnya terjual habis tapi tanpa mengantongi untung, mungkin karena perintahnya latihan berjualan bukan latihan mencari untung. Akibatnya ya proses berjualan lancar tapi proses mencari untung tidak menjadi tujuan jualan.

Alhamdulillah, Lilo terus belajar berjualan dan akhirnya mendapat untung juga.

Semoga semua anakku sukses menjadi wirausahawan/wati, agar Indonesia mempunyai wirausahawan yang jumlahnya banyak dan berkualitas. Amin.


4 komentar:

Irma Senja mengatakan...

SElamat pagi mas,...

Baca tulisan mas eko pagi ini kok saya jd pengen berbisnis jg ^^
salam untuk lilo ya mas...

Eko Eshape mengatakan...

Wah kalau mbak Irma berbisnis, pasti laris deh
Insya Allah, banyak yang mendoakan

Salam sehati

Anonim mengatakan...

amin... :) (ada kesempatan nih)

Eko Eshape mengatakan...

Tes !:-)

Makasih sudah mampir dan berkomentar.

Salam sehati