Minggu, Januari 16, 2011

Gowes ke Joglo Abang


Sehabis subuh hujan gerimis membasahi kota Yogyakarta, akupun jadi ragu untuk sepedaan pagi ini. Apalagi badan masih terasa capek, sehabis jetlag Jakarta Yogya by Bus dan ikut acara Munas TDA Yogyakarta di Sogan Batik.

"Pak, hujan lho...jangan dipaksain nggowes", kata istriku

"Udah janji sama mas Tri je...", sahutku sambil menghidupkan komputer dan mulai menulis laporan kegiatan TDA Yogyakarta kemarin sore.

Istriku menemaniku menulis dan menjawab pesan yang masuk ke inbox. Sempat juga buka fisbuk istriku untuk menjawab beberapa pesan yang masuk dan approve permintaan pertemanan dari beberapa kawan istriku.

"Lho, ini kawan SMPku pak. Coba buka undangan pertemuan panitia SMP-ku pak..", aku akhirnya tidak jadi nulis di blog. Aku hanya sempat copas dari blog kompasiana dan kurubah disana sini saja.

Apalagi ketika ada pesan masuk dari mas Tri.

"Jadi sepedaan mas?"

"Jadi mas. Langsung berangkat, gak usah mandi dulu ya. Aku jemput mas Tri", jawabku via ceting ke mas Tri.

"Ya tak tunggu"

"Ups..aku lupa sepedaku masih di bengkel. Kemarin sore gembos dan akhirnya nginap di bengkel. Aku ambil sepada dulu dan mas Tri jemput aku saja. Arah gowes seperti kesepakatan kemarin saja, mlipir selokan mataram ke arah barat"

Sampai di bengkel aku dibuat geleng kepala. Aku hanya minta dipompa saja kok malah ditambal. Kan baru saja ganti ban dalam terus setealh itu sepeda tak parkir gak ada yang makai, lha kok kata bengkelnya sepedanya bocor di "dop" dan harus ditambal.

Beberapa minggu lalu sepedaku memang bocor halus dan aku tahu bahwa ban sepedaku kurang bagus karena saat sepedaan lalu bocor di "dop"-nya tapi karena toko sepeda tutup semua maka kubiarkan saja kempes setelah beberapa hari gak dipakai.

Minggu lalu kubelikan ban dalam dan langsung ganti ke bengkel itu. Eh kejadiannya bocor lagi "dop"nya. Benarkah kualitas ban dalam kita begitu parahnya? Baru sekali pakai, jarak kurang dari 1 km dan sudah bocor lagi "dop"-nya?

Agak susah berbaik sangak di masalah ini, jadi kuputuskan untuk dilupakan saja dan fokus pada acara sepedaan berjamaah dengan mas Tri.

Berduaan kami keluar masuk kampung dan akhirnya sampai di pinggir selokan mataram. Arah gowesan sudah jelas yaitu menuju arah barat dan menyusuri pinggir selokan mataram.


Satu jam bersepada akhirnya sampai di Joglo Abang, tempat mangkalnya para relawan Merapi sekaligus rumah lain dari mas Antok Suryaden. Setelah ditelpon gak diangkat, maka aku ambil gamnbar saja dengan mas Tri di Joglo Abang ini.

Badan mulai cape dan tenggorokan juga sudah perlu digelontor air, sehingga tujuan sudah mulai berubah.

"Kita cari warung yang buka mas"

"Yes, segelas teh hangat atau kopi panas sangat occok di udara yang dingin dan keringat yang mulai membasahi badan ini"

Setengah jam mencari-cari warung yang sudah buka akhirnya membawa kami ke warung nasi Gudeg Bu Yanti. Semuanya jadi tidak obyektif untuk ditulis.

"Apapun makanan dan minumannya, dalam kondisi seperti ini pasti adanya ya enak dan enak banget saja"



Benar saja, satu piring nasi standard dengan lauk standard, ayam, gudeg krecek dan telor habis dalam hitungan menit saja. Mungkin tidak sampai sepuluh menit semua hidaangan sudah tandas habis.

Aku jadi ingat petuah sesat tentang makan.

"Makanlah sebelum lapar dan jangan berhenti makan sebelum kenyaaaaaang betul...!:-)"

Tentu itu adalah parodi dari "Makan ketika lapar dan berhenti makan sebelum kenyang"

Seperti dugaanku, setelah makan maka semangat nggowes sudah mulai menurun. Selain karena kekenyangan, lalu lintas juga sudah mulai ramai, sehingga susah untuk santai lagi. Jalan-jalan kampung sudah berubah menjadi ajang balap, apalagi jalan raya, sudah tak ada lagi lahan untuk para pesepeda.

Untuk kota yang walikotanya demen sepeda saja suasana para pesepeda tidak nyaman, apalagi kalau kotanya dipimpin oleh walikota yang tidak demen sepeda, wah mau kayak apa tuh.


Perjalanan sempat terhenti ketika melewati rel kereta api. Akupun turun dan mendekati rel kereta api sambil bersiap untuk mengambil gamnbar kereta api yang akan lewat. Jadi ingat film unstoppable nih. Kereta tanpa masinis yang melaju kencang dan tak bisa dihentikan lagi karena kencangnya dan panjangny agerbong yang dibawa.


Para pengemudi sepeda motor yang tertahan oleh palang pintu kereta semua berhenti dengan tak teratur. Mereka memenuhi seluruh badan jalan, baik lajur milik mereka sendiri maupun lajur kanan yang seharusnya menjadi milik pengguna jalan dari arah berlawanan.

"Itu cewek yang disampingku tadi dengan santainya berhenti di paling kanan jalan dan sudah masuk ke bahu jalan penguna jalan dari arah depan..."


Akhirnya mas Tri memarkir sepedanya juga dan ikut menikmati suasana stasiun Bantulan. Jadi inget waktu kecil dulu suka main ke stasiun untuk menaruh paku besar di atas rel kereta api. Bila ada kereta api yang melewati paku itu, maka paku akan menjadi gepeng dan berubah bentuk menjadi pisau kecil yang sangat tajam dan runcing.

Pulang ke arah rumah sempat mampir sebentar di rumah Emha Ainun Najib. Rumahnya terlihat sepi dan tidak ada tanda kehidupan. Para centengnya juga tidak terlihat, jadi kita gowes lagi sepeda menuju warung Mie Sehati.

Hari ini badan capek tapi puasnya tidak terkira. Sepanjang perjalanan di samping selokan mataram kita tidak hanya teringat bacaan puisi tentang gemercik suara air yang mengalir, semilir angin sawah, tapi kit amengalaminya dan merasakan betapa wajah ini menjadi sangat nyaman.

Terima kasih mas Tri, telah memberi hari yang indah di pagi hari ini.

Salam sehati.

Pohon bambu di depan warung ini membuat suasana menjadi natural banget

6 komentar:

suryaden mengatakan...

wuah....
dipersori kangmas....

Eko Eshape mengatakan...

No problem mas.
Masih ada hari lain.

Salam sehati

Irma Senja mengatakan...

melihat,membaca tulisan2 mas eko sungguh terlihat sekali kehidupan mas eko dan keluarga yg penuh kehangatan....baik dgn keluarga,sesama,dan kehidupan itu sendiri....

Selamat pagi mas eko,salam untuk ibu :)

Eko Eshape mengatakan...

Makasih komentarnya mbak Senja.
Sungguh beruntung mempunyai tem,an seperti mbak Senja.

Ngetop tapi tidak angkuh
cantik tapi tidak jelek
dan sayang keluarga serta selalu penuh persahabatan
(lihat saja temannya yang berjibun)

Salam sehati

Felix Djupha DC mengatakan...

Gudeg Bu Yanti (y) makasih pak sudah mampir, mampir lagi ya :D

Eko Eshape mengatakan...

Siap mampir mas Felix.
Gudeg yang enak..!:-)

Salam sehati